Sekarang mungkin sudah sedikit yang menggunakan kerbau untuk bekerja. Sejalan dengan industrialisasi, mereka mengalami PHK massal. Pekerjaan mereka direbut oleh mesin-mesin berpolusi yang berisik dan mudah nurut walau tak dicolok hidungnya.
Dulu waktu aku kecil, Almarhum Kakek punya seekor kerbau yang digunakan untuk bekerja, karena kakek pekerjaannya petani, maka kerbau ini dipakai untuk membantu membajak sawah. Walau telah dicolok hidungnya, ternyata kerbau belum tentu mau nurut pada perintah kakek. Dia punya prinsip-prinsip yang tak mau diganggu.
Dia tak mau lagi bekerja setelah matahari agak terik, kira-kira jam 10 pagi. Setelah jam itu, kerbau cuma mau duduk-duduk, berendam di lumpur, makan rumput. Dipaksa pun ia tak akan mau bekerja, walau dicolok hidungnya.
Prinsip kerbau ini sebenarnya menguntungkan pemiliknya. Bayangkan saja, Kakek harus berangkat ke sawah sehabis sholat subuh, waktu yang sering dipakai oleh orang-orang kota untuk olahraga, untuk jogging. Saat membajak sawah, kakek harus mengikuti dan mencambuk kerbau sambil menstabilkan alat bajak. Beruntungnya Kakek, bisa berolahraga sekaligus membajak sawah. Lebih menguntungkan daripada sambil menyelam minum air atau sambil menyelam minum coca cola.
Sayangnya sekarang kerbau jarang dipakai lagi untuk bekerja, mereka hanya menjadi pelampiasan "birahi" saja. Ya..diperas-peras susunya. Manusia pun menjadi semakin semaunya, toh.. mesin-mesin itu mau bekerja kapan saja, tidak tergantung jam ataupun terik matahari.
Namun, manusia sebagai makhluk susah move on, tidak bisa melupakan kerbau begitu saja. Kerbaunya tiada sifatnya ditempa. Yang paling mudah dilihat tentu saja di lingkungan kampus. Di kampus, teman-teman hampir selalu terlihat lesu setelah pukul 10, alasannya energi sudah terkuras sejak pagi. Padahal kuliahnya baru dimulai pukul 7, bukan habis sholat subuh seperti kerbau. Dosen juga agak keberatan jika kuliahnya dimulai siang hari, alasannya mahasiswa sudah tidak bersemangat pada saat itu, dan materi menjadi tersampaikan percuma.
Begitulah, walaupun terlihat bodoh ternyata kerbau punya prinsip yang cukup baik yang menguntungkan pemiliknya. Sialnya ketika kerbau sudah tak ada, kita hanya mengambil sifatnya yang ternyata tidak pantas jika dimiliki manusia. Karena kita tidak memulainya sepagi kerbau.
:)
No comments:
Post a Comment