Gue suka dengan orang yang punya prinsip, walaupun dengan mempertahankan itu mereka harus dicap miring oleh orang lain. Bahkan gue suka dengan orang yang prinsipnya menurut gue salah sekalipun, karena mereka tetap lebih baik dari kebanyakan orang yang tidak punya.
Gue sangat respect ke orang-orang yang menolak untuk bersalaman dengan orang lain yang berbeda jenis kelamin, orang-orang yang bercadar, orang-orang atheis, orang-orang yang berpindah-pindah agama. Asalkan mereka melakukan berdasarkan prinsip yang kuat, bukan didasari oleh ikut-ikutan.
Masalahnya begini, ada orang yang ternyata prinsipnya adalah ikut-ikutan, nah lho….
Tapi, mereka yang berprinsip dengan mereka yang tidak, tetap bisa dibedakan. Kecenderungan-kecenderungan untuk konsisten akan dimiliki oleh mereka yang memiliki prinsip. Orang yang prinsipnya ikut-ikutan akan konsisten untuk terus ikut-ikutan. Berbeda dengan mereka yang ikut-ikutan untuk ikut-ikutan, mereka hanya sebentar ikut-ikutan kemudian bosan.
Perbedaan lainnya, mereka yang berprinsip tahu apa yang harus dilakukan. Jika ditanya untuk apa mereka melakukan sesuatu, dengan mudah mereka akan menjawabnya.
Di desa tempat gue KKN, gue sering iseng-iseng bertanya ke masyarakat sekitar,
“Mau kemana Pak?”
“ka leuweung sep,” (leuweung = hutan)
“mau ngapain di leuweung?
Sampai pertanyaan itu, beberapa orang bisa menjawabnya. Namun kebanyakan orang yang gue tanya, gak bisa menjawab pertanyaan itu. Padahal, bisa jadi mereka melakukan hal yang sama, namun karena perbedaan pondasi, mereka tidak tahu harus menjawab apa ketika ditanya.
Entah bagaimana menurut kalian, menurut gue hal ini penting. Karena hal-hal yang prinsip akan menentukan jadi apa kita nantinya dan menunjukkan siapa kita sebenarnya. Dengan prinsip, kita jadi tau untuk apa menjadi sesuatu, tau apa yang harus dilakukan untuk menjadi sesuatu, tau apa yang harus dilakukan ketika menjadi sesuatu.
Ketika seseorang masuk sekolah pertama kali, mungkin gurunya harus bertanya untuk apa mereka datang ke sekolah, kemudian mencatatnya dan menunjukkan kembali ketika murid tersebut sedang berada dalam keterpurukan. Meminta siswa menunjukkan bagaimana prinsipnya, apa tujuannya. Jika ada yang tidak bisa menjawab, persilahkan dia pulang untuk merenungi dan memikirkan jawaban dari pertanyaan itu.
Simple(?)
Was humbly designed and developed by MAKMALF.com. Written by Bayu Saputra Pribadi.
No comments:
Post a Comment