Sendiri (ternikmati)

"SENDIRI"--- buat sebagian orang itu jadi semacam momok yang selalu dihindari. Kesendirian jadi ketakutan yang membuat mereka selalu mencari teman. Dan saya belum mengerti tentang ketakutan itu.

Dua tahun lalu, ketika teman sesama mahasiswa baru sibuk mencari teman, saya biasa saja. Ketika mereka sibuk mencari perhatian pada kakak tingkat, saya tidak melakukannya. Ketika mereka bergerombol layaknya mahasiswa baru, Saya berjalan sendiri dan masih baik-baik saja. Ketika mereka bersemangat ikut organisasi dengan alasan membangun relasi, saya tetap santai dan meyakini diri sendiri.

Mundur beberapa bulan lagi, ketika saya belum pernah membayangkan tentang Bandung, saya tetap berangkat ke kota ini dengan kesendirian, tanpa diantar,tanpa teman, tanpa saudara, apalagi keluarga. Dan sampai sekarang saya disini tetap baik-baik saja.

Takut akan kesendirian masih menjadi ketakutan terabsurd untuk saya.

Kesendirian adalah space yang diberikan Tuhan untuk kita, agar kita bebas berpikir, bebas berimajinasi, bebas menilai diri sendiri.

Satu yang saya suka dari kesendirian adalah adanya ketidakmungkinan untuk membicarakan, (baca : menggunjing, menggosipkan ) orang lain. Dan itu merupakan hal yang sulit dilakukan ketika tidak sendiri.

Yang saya ingat, belum pernah saya bersengaja mencari teman. Teman yang ada sekarang adalah teman tanpa sengaja, yang saya yakin telah ditentukan Tuhan menjadi teman saya. 

Saya bukan seorang antisosial, hanya tidak pernah menyengajakan diri untuk mencari teman. Teman ibarat jodoh. Tak perlu mencarinya,karena ia memang diciptakan untuk kita. Apapun jalannya teman pasti akan selalu kita temukan.

Teman itu bagian dari cinta.

Dan cinta tak perlu dicari, biarkan ia datang sendiri.

Ketika mencari, pikiran akan lebih mendominasi dan memaksa hati untuk bisa mengerti.

Mungkin itu yang membuat banyak orang merasa dikhianati dan tersakiti.

:)

(Yang namanya hati selalu punya aturan sendiri - perahu kertas)